BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kota Palembang adalah
salah satu kota di Indonesia yang merupakan ibukota Provinsi Sumatera
Selatan. Menurut sejarah, kota Pelembang merupakan kota tertua di
Indonesia. Banyak ikon ikon dari Kota Palembang. Salah satunya adalah
tari Gendhing Sriwijaya. Dalam penyusunan makalah kali ini saya
memilih topik “Tari Gending Sriwijaya” karena keunikan keunikan
dari tarian tersebut.
- Rumusan Masalah
- Bagaimana sejarah dari Tari Gending Sriwijaya?
- Apa fungsi Tari Gending Sriwijaya?
- Ada apa dengan Tari Gending Sriwijaya?
- Bagaimana lirik lagu Tari Gending Sriwijaya?
- Tujuan
1.Memaparkan
informasi mengenai Tari Gending Sriwijaya
2.Menambah
pengetahuan mengenai Tari Gending Sriwijaya
3.Mengetahui
keunikan-keunikan Tari Gending Sriwijaya
BAB
II
PEMBAHASAN
SEJARAH
Tari
Gending
Sriwijaya
Tarian
ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke
daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri
kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar
atau yang dianggap setara dengan itu.
Untuk
menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang
salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa
kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan
sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka
terhadap tamu yang istimewa itu.
Tarian
Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang
berbusana Adat Aesan
Gede,
Selendang
Mantri,
paksangkong,
Dodot
dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa
payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending
Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini
sudah lebih banyak digantikan tape
recorder.
Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan
gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama
apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung
tertutup. Penari paling depan membawa tepak
sebagai Sekapur
Sirih
untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua
penari yang membawa pridon
terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur
Sirih
ini menu
rut
aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan.
Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang
putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.
Ada
Apa Dengan Tari Gending Sriwijaya
Tari
Gending Sriwijaya mempunyai sejarah panjang mengambarkan kebudayaan
masyarakat Sumsel. Tarian ini menggambarkan kebesaran zaman Sriwijaya
dan mereflesikan perilaku masyarakat Sumsel. Selama 18 kali
penyelenggaraan Festival Sriwijaya tari ini selalu ditampilkan. Tapi
tidak pada penyelengaraan Festival Sriwijaya tahun 2010 ini. Para
seniman dan budayawan Sumsel pun dibuat bertanya. Ada apa dengan tari
Gending Sriwijaya?Masyarakat Sumsel tentu tidak asing lagi
dengan tari serta syair Gending Sriwijaya. Harus diakui, tari sambut
ini gerakanya lambat dan sedikit monoton. Namun, penciptaan tari ini
dipercaya sesuai dengan gambaran kebesaran kerajaan Sriwijaya serta
perilaku masyarakat Sumsel. Yang lemah lembut dalam menyambut tamu,
mewah dengan pakaianya yang keemasan, tetapi sopan. Ibarat
sungai Musi, terus mengalir, sejuk dan khidmat. Seperti di Irian
Jaya, tarian di tampilkan masyarakatnya tentu lebih energik.
Ciri khas lain, penarinya yang tidak berpakaian sesuai dengan
keseharian masyarakat Papua. Jika anda melihat Tari sambut Serimpi
asal Yogyakarta, geraknya lebih lambat lagi dari Gending Sriwijaya.
Hanya saja, gerakan ini sesuai dengan perilaku masyarakat Jawa yang
lemah lembut melebihi masyarakat Sumsel.Nah, selama 18 kali
penyelengaraan Festival Sriwijaya, Gending Sriwijaya selalu
dihadirkan. Namun tidak pada penyelengaraan Festival Sriwijaya ke-19
dilaksanakan pertengahan Juni lalu. Tidak tampilnya tari ini pun di
pertanyakan koordinator Kaukus Seniman Sumsel, Vebri Al Lintani. Pada
sebuah artikel ditulis, ”Gending Sriwijaya di Tangan Penguasa”
Vebri kembali mengingatkan masyarakat luas mengenai sejarah panjang
di ciptakanya tari Gending Sriwijaya serta makna tari tersebut pada
sebuat media lokal. Informasi di kalangan seniman Sumsel, tidak
tampilnya tari Gending Sriwijaya atas intruksi Gubernur Sumsel, Ir H
Alex Noerdin. Di kalangan seniman, bukan barang baru jika orang nomor
satu di Sumsel itu kurang menyukai tari Gending Sriwijaya. Dalam
salah satu kegiatan audiensi dengan seniman, alasan mantan
Bupati Muba tersebut tidak menyukainya karena durasi dan geraknya
terlalu lama.
Masalah ini pun sebenarnya telah mendapat tanggapan Alex Noerdin. Secara bijaksana ia menyatakan sangat menghormati tari Gending Sriwijaya. Hanya saja, keagungan tari tersebut menurutnya seharusnya ditampilkan pada tempat tertutup (indoor) dengan lighting serta sound system yang baik. Sehingga tari ini dapat benar-benar dinikmati seutuhnya. Tari ini pun, menurutnya harus ditampilkan pada acara sakral, bukan di lapangan parkir Dekranasda (outdoor) tempat berlangsungnya Festival Sriwijaya Juni lalu.
Masalah ini pun sebenarnya telah mendapat tanggapan Alex Noerdin. Secara bijaksana ia menyatakan sangat menghormati tari Gending Sriwijaya. Hanya saja, keagungan tari tersebut menurutnya seharusnya ditampilkan pada tempat tertutup (indoor) dengan lighting serta sound system yang baik. Sehingga tari ini dapat benar-benar dinikmati seutuhnya. Tari ini pun, menurutnya harus ditampilkan pada acara sakral, bukan di lapangan parkir Dekranasda (outdoor) tempat berlangsungnya Festival Sriwijaya Juni lalu.
Pembatasan,
Punahkan Gending Sriwijaya
Bukanya
mendinginkan permasalahan, tanggapan orang nomor satu tersebut
kembali memantik kontroversi. Ditemui belum lama ini, Vebri mengaku
sangat berterimah kasih atas pernyataan Alex yang sangat menghormati
Gending Sriwijaya sebagai tari sakral dan harus di tempatkan pada
posisi yang terhormat.
“Kami sepakat, sebab, jika tidak salah, di masa Gubenrur Asnawi Mangku Alam ada semacam aturan dari Pemrov semacam Perda atau SK, menyatakan tari ini harus berbeda penempatannya dengan -tari sambut lainnya,” ujarnya kepada Sumeks Minggu.
Hanya saja, hasil diskusi para pelaku tari tergabung dalam Kaukus Seniman Palembang (KSP) membahas penempatan tari Gending Sriwijaya yang harusnya berada di indoor dengan tempat yang nyaman serta lighting dan sound system yang baik sulit diterima. Selain Vebri, beberapa tokoh Kaukus yang hadir saat diskusi Senin (21/6), H Soleh Umar, Eli Rudi, Lina Muchtar, Ali Ujang, Isnayanti, Saudi Berlian, Kemas Ari, Muhaimin, Dedek.
“Kami sepakat, sebab, jika tidak salah, di masa Gubenrur Asnawi Mangku Alam ada semacam aturan dari Pemrov semacam Perda atau SK, menyatakan tari ini harus berbeda penempatannya dengan -tari sambut lainnya,” ujarnya kepada Sumeks Minggu.
Hanya saja, hasil diskusi para pelaku tari tergabung dalam Kaukus Seniman Palembang (KSP) membahas penempatan tari Gending Sriwijaya yang harusnya berada di indoor dengan tempat yang nyaman serta lighting dan sound system yang baik sulit diterima. Selain Vebri, beberapa tokoh Kaukus yang hadir saat diskusi Senin (21/6), H Soleh Umar, Eli Rudi, Lina Muchtar, Ali Ujang, Isnayanti, Saudi Berlian, Kemas Ari, Muhaimin, Dedek.
Sebab,
sebagai tari sambut, Gending Sriwijaya dapat digelar di
lapangan terbuka. Pengalaman tokoh tari Sumsel, Eli Rudi, tahun 2007,
Gending Sriwijaya pernah digelar di lapangan bandara Sultan Mahmud
Badaruddin (SMB) II ketika menyambut Presiden Susilo Bambang Yudoyono
(SBY). Tepatnya pada acara peresmian Bandara SMB II. “Kesakralan
tidak harus diartikan di tempat tertutup atau terbuka,” jelas
Vebri.
Di Sumsel lanjut Vebri, banyak tari sambut lainya. Seperti Tari Tanggai, Tepak Keraton dan lainya. Untuk membedakan, meninggikan keberadaan Gending Sriwijaya, tari ini hanya di peruntukkan dalam acara penyambutan tamu agung seperti kepala negara, kepala pemerintahan atau yang disejajarkan (termasuk menteri).
Festival Sriwijaya sendiri bukanlah acara sembarangan. Festival yang sudah 19 kali digelar merupakan tempat yang layak bagi Gending Sriwijaya. Masalahnya, Festival tersebut mengusung nama Sriwijaya dengan peserta dari negara luar. Apalagi, Festival dihadiri oleh Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Di Sumsel lanjut Vebri, banyak tari sambut lainya. Seperti Tari Tanggai, Tepak Keraton dan lainya. Untuk membedakan, meninggikan keberadaan Gending Sriwijaya, tari ini hanya di peruntukkan dalam acara penyambutan tamu agung seperti kepala negara, kepala pemerintahan atau yang disejajarkan (termasuk menteri).
Festival Sriwijaya sendiri bukanlah acara sembarangan. Festival yang sudah 19 kali digelar merupakan tempat yang layak bagi Gending Sriwijaya. Masalahnya, Festival tersebut mengusung nama Sriwijaya dengan peserta dari negara luar. Apalagi, Festival dihadiri oleh Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Dengan
pernyataan serta kenyataan makin dipersempitnya penampilan Gending
Sriwijaya, secara otomatis, masyarakat kesulitan menemukan
pagelaran Gending Sriwijaya. Sebab, keistimewaan Gending Sriwijaya
yang hanya ditampilkan pada acara penyambutan tamu agung saja,
menurut Vebri sebenarnya sudah membatasi pagelaran tarian ini.
“Syarat harus di tempat tertutup yang akustik, tentu akan sangat
jarang terjadi. Bukankah ini satu usaha untuk meniadakan Gending
Sriwijaya,” urai Vebri.
Selain itu, pernyataan Alex, pada acara Refleksi Seni, di Griya Agung, penghujung tahun 2009, menyatakan pembukaan Sea Games di Laos, menampilkan Gending Sriwijaya garapan Deni Malik dengan tempo cepat menjadi persoalan tersendiri. Logikanya, tempo tari yang dipercepat dapat menghilangkan makna tari tersebut.
Selain itu, pernyataan Alex, pada acara Refleksi Seni, di Griya Agung, penghujung tahun 2009, menyatakan pembukaan Sea Games di Laos, menampilkan Gending Sriwijaya garapan Deni Malik dengan tempo cepat menjadi persoalan tersendiri. Logikanya, tempo tari yang dipercepat dapat menghilangkan makna tari tersebut.
Tidak
adanya penari asal Sumsel yang lolos saat audisi ketika tari dimotori
Deni Malik kala itu, pun menjadi sorotan para seniman tari. Seluruh
seniman tari mengaku tidak mengetahui kapan audisi dilaksanakan.
“Sehebat-hebatnya orang Jakarta, tidak akan lebih paham dari pada
orang bodoh di Sumsel. Itu kalau bicara soal tarian SUmsel,” tandas
Vebri (wwn).
Lirik lagunyakurang
lebih seperti ini
Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.
Borobudur candi pusaka di zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di daratan se-Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya
(Aransemen : Aning K Asmoro dan Addie MS)
BAB
III
PENUTUP
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai mataeri yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya
karena terbatasnya pengetahuan dan sumber rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan makalah ini. Penulis berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun pada penulis. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan juga para pembaca
pada umumnya.
Daftar
Pustaka
Wikipedia
Koran
Sumatera Ekspres Minggu, 04 Juli 2010 pukul 02:39
0 komentar:
Posting Komentar